Selamat Datang

Selamat Datang

awsurvey

poptm

Sunday 28 April 2013

IKHTILATH TANPA BATAS

Tak bisa disangkal lagi bahwa saat ini, sulit sekali menemukan tempat yang bebas dari bercampur baurnya antara dua jenis manusia yang berbeda. Ikhtilath yang terjadi di segenap aspek kehidupan telah berlangsung pada tingkatan yang sangat sulit untuk diubah. Dari ruang-ruang sekolah, kampus, perkantoran, pabrik bahkan sampai pada tempat sarana umum serta transportasi pun tak lepas dari budaya itu.

Kondisi masyarakat yang apatis serta awam terhadap ilmu agama, ditambah lagi dengan kuatnya pengaruh budaya western yang tak pernah selesai membawa 'angin budaya'nya seakan telah menjadi mode baru yang wajib ditiru. Sekaligus menjadi legitimasi bagi tradisi yang menyesatkan tersebut. Di satu sisi, tak dipungkiri pula bahwa masih banyak orang-orang "pintar" di belakang pembuat kebijakan itu yang memandang bahwa 'kumpul-kumpul' seperti itu merupakan sarana bagi terwujudnya sebuah hubungan yang bersih antara kedua jenis yang mana akan mampu menjadi penjernih naluri antara keduanya. Meski sesungguhnya, sudah sangat jelas terlihat akibat-akibat dari budaya pergaulan bebas itu. Yang tentu saja bisa dijadikan pelajaran oleh siapa pun juga yang mau sadar dan mengerti tentang bahaya ikhtilath.

Banyak sudah hasil penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri yang memaparkan betapa tragis dan mengerikannya kondisi masyarakat yang diakibatkan oleh pergaulan bebas. Institusi-institusi pendidikan, perkantoran atau-pun yang lainnya telah menjadi ladang yang sangat subur bagi terus tumbuh dan berkembangnya paham yang sangat berbahaya ini. Karena pada kenyataannya, ikhtilath atau percampuran bebas antara dua jenis ini merupakan unsur paling menentukan untuk terjadinya masalah-masalah seksualitas, penderitaan psikologis, serta rangsangan naluri. Dan di sisi lain, hal-hal semacam itu sama sekali belum dan tidak akan pernah terbukti mampu menjernihkan naluri seperti apologi dari beberapa orang "pintar" tadi.

Kemudian muncullah akibat-akibat lanjutan dari kondisi yang mengenaskan itu, di tengah-tengah masyarakat yang bingung. Maraknya realitas kehamilan di luar nikah, aborsi, pemerkosaan, bahkan sampai dengan kasus-kasus bunuh diri serta pembunuhan yang tidak jarang dilatarbelakangi oleh kondisi pergaulan yang sangat bebas itu. Tatanan masyarakat yang porak poranda, etika moral yang tercabik-cabik serta rasa malu yang sudah terangkat benarbenar telah memunculkan kekhawatiran yang dalam akan masa depan sebuah kehidupan.

Padahal, andai saja kaum Muslimin benar-benar setia dan istiqamah dalam memegang teguh konsep Islam secara benar dan kaffah, maka sudah barang tentu pengaruhpengaruh ideologi itu tidak akan masuk apalagi sampai merusak ke dalam jiwa, akal dan pikiran mereka. Di sisi lain, kaum Muslimin semestinya juga harus kukuh dalam menghadapi segala tipu daya kaum non Muslim yang memang tak akan pernah berhenti sebelum tercapai tujuannya. Bahkan Allah Subhaanahu wa ta'ala sendiri telah memberikan jaminanNya atas kemenangan agamaNya dari tipu daya mereka, dengan syarat bahwa kaum Muslimin harus tetap
istiqamah dalam menjujung tinggi sikap sabar dan taqwa.

Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman,

"Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu." (Ali Imran:120)

Monday 8 April 2013

EMANSIPASI SALAH KAPRAH

Putriku tercinta,...!!

Musuh-musuh Islam itu tak pernah sedetik pun beristirahat untuk memikirkan cara-cara agar agama Islam serta umatnya semakin terpuruk dari zaman ke zaman. Mereka tidak pernah menyia-nyiakan kelengahan serta kebodohan yang melanda hampir seluruh masyarakat Muslim. Secara perlahan namun pasti, mereka dengan licik telah menggunakan cara-cara yang sangat orientatif untuk bisa mempengaruhi proses keberlangsungan pendidikan serta pengajaran di kalangan wanita Muslim. Secara halus mereka terus menerus meniupkan angin surga emansipasi di kalangan kaummu, para wanita. Padahal di balik semua itu, rencana besar mereka adalah hendak menggiring kaum wanita itu ke lembah penindasan serta menjebloskannya ke dalam jurang kehancuran yang menyesatkan.

Tahukah kau putriku, bahwa emansipasi sebenarnya diawali dengan tuntutan para wanita di Eropa akan persamaan gaji serta jam kerja antara kaum wanita dan lelaki yang samasama bekerja pada satu perusahaan. Wacana yang mulai santer bersamaan dengan berdirinya gerakan wanita di Eropa itu akhirnya meluas dan merambat pada bidang-bidang lain yang secara spontanitas -atau memang sengaja- dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu. Lalu lebih jauh, tuntutan atas persamaan hak tersebut telah bergeser menjadi tuntutan atas ‘perusakan’ hak dari kaum lelaki. Misalnya, pada mulanya kaum wanita menuntut hak untuk bebas memilih pasangan hidupnya, seperti yang berlaku atas kaum lelaki. Namun kemudian hak tersebut bergeser menjadi kebebasan untuk menyerahkan dirinya kepada siapa saja yang mereka kehendaki. Maka dari itu, selalu berhati-hatilah dengan apa saja yang hendak engkau perbuat, terlebih dengan masalah yang satu ini. Sebab Allah Subhaanahu wa ta'ala juga telah mengingatkan dalam firmanNya,

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra: 36)

Maka sudah menjadi pemandangan yang sangat umum di sekelilingmu bila pada malam hari, masih banyak para wanita yang berkeliaran sendirian atau berkelompok, mereka sedang berangkat maupun pulang dari tempat kerja. Lalu para buruh dan pekerja wanita yang telah terbiasa mengerjakan pekerjaan laki-laki di setiap sudut pabrik. Sungguh, jelas bukan begitu cara memaknai posisi wanita yang sebenarnya dalam sebuah posisi yang terhormat.

Masih ingatkah kau dengan kisah Khadijah radhiyallahu ‘anha dan kisah Aisyah radhiyallahu ‘anha? Keduanya termasuk wanita yang sesungguhnya pantas menyandang gelar sebagai "wanita sukses". Bahkan dengan keharumannya, sampai saat ini pun setiap zaman masih ikut merasakan pesona abadi serta aroma wangi dari sebuah kualitas sejati wanita Muslimah. Lalu, masihkah kau ingin mencari teladan-teladan lain yang jelas-jelas kedudukannya jauh berada di
bawah kedua wanita yang mulia itu? Sungguh, Khadijah radhiyallahu ‘anha, Sang First Lady itu adalah seorang wanita karier sekaligus istri tersukses yang semestinya bisa menjadi teladan bagi siapa pun juga. Ketokohan, kekuatan, kedermawanan, serta keberhasilannya dalam bisnis perdagangan telah terbukti. Diiringi pula oleh kesuksesannya dalam mendampingi sang suami yang menjadi seorang pemimpin umat. Sebuah prestasi tak tertandingi oleh wanita lain di zaman mana pun. Ataukah kau tak ingin seperti Aisyah radhiyallahu ‘anha yang sukses menjadi pendidik sekaligus pemberi teladan pada kaumnya pada saat dan setelah suami tercinta meninggalkannya? Sang Humaira yang selalu cekatan dalam membantu tugas suami, siaga dan lincah dalam mendukung "program-program" suami yang sekaligus seorang nabi dan ‘presiden’ tanpa pernah meninggalkan fungsi sejati seorang istri? Keduanya termasuk wanita karir sejati, wahai putriku! Keduanya termasuk pahlawan dan penegak kehormatan sejati bagi kaumnya. Keduanya pula yang selalu mampu menempatkan posisi kaum wanita pada tingkat tertinggi tanpa pernah mengurangi sedikit pun derajat serta kehormatannya.

Maka dengarlah, putriku! Janganlah pernah sekali-kali kau tergoda oleh hembusan emansipasi yang selalu gencar disampaikan oleh orang-orang di sekitarmu. Karena sesungguhnya, tujuan utama dari jargon itu bukanlah untuk menyelamatkan ataupun membebaskanmu dari "jerat tali penindasan" melainkan justru untuk menghancurkan dirimu dan agamamu dari dalam.