Tak bisa disangkal lagi bahwa saat ini, sulit sekali menemukan
tempat yang bebas dari bercampur baurnya antara dua jenis manusia yang berbeda.
Ikhtilath yang
terjadi di segenap aspek kehidupan telah berlangsung pada tingkatan yang sangat
sulit untuk diubah. Dari ruang-ruang sekolah, kampus, perkantoran, pabrik
bahkan sampai pada tempat sarana umum serta transportasi pun tak lepas dari
budaya itu.
Kondisi masyarakat yang apatis serta awam terhadap ilmu agama,
ditambah lagi dengan kuatnya pengaruh budaya western yang tak pernah
selesai membawa 'angin budaya'nya seakan telah menjadi mode baru yang wajib ditiru. Sekaligus menjadi
legitimasi bagi
tradisi yang menyesatkan tersebut. Di satu sisi, tak dipungkiri pula bahwa masih
banyak orang-orang "pintar" di belakang pembuat kebijakan itu yang memandang bahwa 'kumpul-kumpul' seperti
itu merupakan sarana bagi terwujudnya sebuah hubungan yang bersih antara kedua
jenis yang mana akan mampu menjadi penjernih naluri antara keduanya. Meski
sesungguhnya, sudah sangat jelas terlihat akibat-akibat dari budaya pergaulan
bebas itu. Yang tentu saja bisa dijadikan pelajaran oleh siapa pun juga yang mau
sadar dan mengerti tentang bahaya ikhtilath.
Banyak sudah hasil penelitian, baik di dalam maupun di luar
negeri yang memaparkan betapa tragis dan mengerikannya kondisi masyarakat yang
diakibatkan oleh pergaulan bebas. Institusi-institusi pendidikan, perkantoran atau-pun
yang lainnya telah menjadi ladang yang sangat subur bagi terus tumbuh dan
berkembangnya paham yang sangat berbahaya ini. Karena pada kenyataannya, ikhtilath atau percampuran
bebas antara dua jenis ini merupakan unsur paling menentukan untuk terjadinya
masalah-masalah seksualitas, penderitaan psikologis, serta rangsangan naluri. Dan
di sisi lain, hal-hal semacam itu sama sekali belum dan tidak akan pernah
terbukti mampu menjernihkan naluri seperti apologi dari beberapa orang "pintar" tadi.
Kemudian muncullah akibat-akibat lanjutan dari kondisi yang
mengenaskan itu, di tengah-tengah masyarakat yang bingung. Maraknya realitas
kehamilan di luar nikah, aborsi, pemerkosaan, bahkan sampai dengan kasus-kasus bunuh
diri serta pembunuhan yang tidak jarang dilatarbelakangi oleh kondisi pergaulan
yang sangat bebas itu. Tatanan masyarakat yang porak poranda, etika moral yang tercabik-cabik
serta rasa malu yang sudah terangkat benarbenar telah memunculkan kekhawatiran
yang dalam akan masa depan sebuah kehidupan.
Padahal, andai saja kaum Muslimin benar-benar setia dan istiqamah dalam memegang teguh
konsep Islam secara benar dan kaffah, maka sudah barang tentu pengaruhpengaruh ideologi itu tidak
akan masuk apalagi sampai merusak ke dalam jiwa, akal dan pikiran mereka. Di
sisi lain, kaum Muslimin semestinya juga harus kukuh dalam menghadapi segala
tipu daya kaum non Muslim yang memang tak akan pernah berhenti sebelum tercapai
tujuannya. Bahkan Allah Subhaanahu wa ta'ala sendiri telah memberikan jaminanNya
atas kemenangan agamaNya dari tipu daya mereka, dengan syarat bahwa kaum
Muslimin harus tetap
istiqamah dalam menjujung
tinggi sikap sabar dan taqwa.
Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman,
"Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya
tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu." (Ali
Imran:120)